Clik 2 See Time In Your Regions

Foto Gallery

Kamus Istilah Tambang ( klik Fullscreen to view in new windows)

Kamus-kamus Tambang

04 May 2011

Pelabuhan Batubara Gresik Jasatama Penuh Pengusaha Kapal Rugi Besar

KOTA - Pelabuhan khusus batubara PT Gresik Jasatama kembali disoroti. Kali ini sejumlah pengusaha kapal tongkang batubara mengeluhkan antrian bongkar di Pelabuhan Gresik. Gara-gara menunggu giliran bongkar, para pengusaha menanggung kerugian pembayaran demorriege atau keterlambatan hingga Rp 25 juta perhari.

Kasir Ibrahim, Ketua Indonesia National Shipowner Association (INSA) Gresik kepada wartawan menegaskan, hingga Selasa siang, sedikitnya 14 kapal yang berada di tengah laut menunggu bongkar di pelabuhan Gresik Jasatama. Mereka rata-rata sudah menunggu antrian sejak seminggu yang lalu.

Disebutkan, kapal yang antri diantaranya Lintas Segara (agen pelayaran Varia Usaha), Continental (Pelindo), Sejahtera (Pelindo), Bahari (Tridaya), Inova dan Mitra Sejahtera (SBL), Bahtera Sarana (Hasta Muda), Hinomaru (Tridaya), Bintang Jaya (Bahtera Setia)Adi Nusantara (Samudera). Pemilik kapal tersebut sudah melaporkan ke INSA terkait keterlambatan bongkar.

"Kami akan mempertanyakan ke PT Gresik Jasatama dan Pelindo sebagai operator, dimana tanggungjawab mereka. Dulu mereka menaikkan tarif dengan janji pelayanan ditingkatkan, kapasitas bongkar diperbesar, dan menjamin tidak ada antrian. Kini kenyataanya, terjadi antrian lagi," ujar Kasir Ibrahim.

Ketua INSA Gresik ini akhirnya mempersoalkan monopoli kegiatan bongkar muat batubara di Pelabuhan Gresik dan Jasatama. "Kalau mengacu pada UU Pelayaran, mestinya praktek monopoli seperti ini dilarang. Mereka memonopoli bongkar batubara namun tidak diiringi dengan peningkatan pelayanan. Kami akan laporkan masalah ini ke Kementerian BUMN, serta Kementerian Perhubungan," jelas Kasir.

Hal senada disampaikan Agus Irwan, Anggota KADIN Gresik. Menurut Agus, kelambatan itu membuat pemilik kapal menanggung kerugian besar. Mereka harus membayar biaya demoriege, biaya tambat, jasa pandu dan biaya pendukung lainnya. "Untuk demorige saja, mereka minimal harus mengeluarkan biaya Rp 25 juta. Itu belum biaya tambat dan pandu serta biaya lainnya," jelas Agus yang juga Sekretaris DPC Asosiasi Pengusaha Bongkar Muat Indonesia (APBM) Gresik.

Agus menilai, PT Pelindo III Gresik sebaiknya tidak memonopoli kegiatan bongkar batubara. Apalagi menunjuk PT Gresik Jasatama sebagai penyelenggara pelabuhan khusus batubara. "Kalau memang tidak mampu melayani bongkar batubara, jangan dipaksakan. Sebaiknya dialihkan saja ke pelabuhan lain yang mampu melaksanakannya," imbuh dia.

Terpisah Arnold, pengusaha EMKL mengaku tidak kaget dengan antrian di pelabuhan Gresik Jasatama. Sejak lama dia sudah mengalihkan bongkar batubara miliknya ke Pelabuhan Lamongan Integrated Shorebase (LIS). Selain kapasitas bongkarnya cukup besar, tarifnya juga lebih murah dibanding Gresik Jastama.

"Sekarang terserah rekan-rekan pengusaha, kalau mau bongkar di Gresik ya terima resiko terlambat bongkar. Kalau mau cepat, ya bongkar di tempat lain," terang Arnold.

0 komentar:

Post a Comment

Bergabung Dengan Royalmaharindo Forum

get your own embeddable forum with Talki

Pasang Iklan Disini

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More